Seperti Nama Depanmu
Sayang, aku pernah berkilah sampai pasrah memalingkan wajah darimu karena malu atas segala kesalahanku, menepi sejenak menghantam rentetan tanya yang belum terjawab, menyelesaikan yang katamu harus diselesaikan.
Hati yang terhempas gulungan pasang keakuan perlahan terkikis oleh sikapmu yang menerima kekurangan, walau sering kita berbalas dendam kata-kata tetapi aku yakin tak pernah sedikitpun rasa itu pudar dari dirimu, aku menyaksikan senyummu masih tulus seperti dulu, kala bertemu berujung kaku.
Kita menikmati malam yang hening berkeliaran menulusuri kaki ibu kota, menerawang masa depan, bercerita kepiluan, kegamangan sampai harapan di bawah sorot bulan. Menertawakan dan mensyukuri segala kejadian, menutup hari dengan salam perpisahan dari jendela penuh kenangan.
Hati-hati di jalan ucapan yang tak pernah hilang dari peredaran, bukan hanya dari kita tapi dari segenap ucap yang terucap. Merebahkan segala lelah dan menidurkan segala kecewa, aku ingin bersamamu lebih lama mengecup hari bukan mengutuknya dengan lirih.
Sayang, jika kamu letih kabari aku, jika kamu gundah utarakan, jika kamu kesal ucapkan, aku tidak mau kamu memeluk sepinya kesendirian. Aku disini bersamamu mendekap segalanya dengan mesra melucuti gelap dengan cahaya.
Seperti nama depanmu tanpanya dunia redup, alam semesta terhenti, tak ada warna karena tak terlihat apapun, terbitlah selalu dari segala ufuk menyinari segalanya terkhusus aku, jangan tenggelam lalu hilang, meresahkan bila kamu menghela redam.
Belum ada Komentar untuk "Seperti Nama Depanmu"
Posting Komentar