Titik Itu


Hei kamu, sudahkah mulai merasakan bagaimana dahsyatnya getaran, kalau belum tidak apa mari terus kita latih dengan memejamkan mata dan menghadirkan beragam sosok yang pantas untuk dihadirkan, tatap mereka dari jauh, cukup kamu tatap dan rasakan apakah ada sentuhan dari kejauhan.

Mungkin saat ini kita masih belum sampai ke titik itu, merasa tanpa menyentuh, tenang saja mungkin waktu kita bersama yang terlalu singkat, tanpa permisi kamu sering pergi sedangkan aku setia menunggu sepi. Jangan kamu bantah, cukup dengarkan, menunggumu seperti menangkap angin.

Belaian angin dan keheningan ruangan sering membuatku keasyikan sendiri, semua menjadi jangkar yang akan terkubur dalam ingatan, jangan menjauh, ujungnya kita hanya akan rapuh, hadapi saja semuanya, ingat semua akan saling berdendang ria pada waktunya.

Kita pernah saling berhadapan, menghirup udara yang sama, melewati detak detik waktu kehidupan, berbincang dan berkeluh tentang uniknya dunia. Tawa, lara dan diam hadir silih berganti. Melewatkan moment itu dengan percuma adalah luka.

Sekarang coba kamu tatap langit, entah langit -langit atau langit betulan, yang jelas sekarang lihatlah keatas, tentukan satu titik yang bisa membuatmu tidak berkedip selama beberapa detik, coba terus kamu lihat titik atau tanda itu, teruslah amati, lihat baik-baik, kemudian pejamkan matamu, dan buka kembali matamu lihat kembali titik itu, bergerakah, jika tidak akulah titik itu yang tak bergeser walaupun kamu telah memejamkan mata.

Penulis : Fata Azmi

Belum ada Komentar untuk "Titik Itu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel