Tugas Komunal Kaum Muslimin

 



Bangunan kaum muslimin akan kokoh berdiri ketika semua umat Islam mengambil peran dalam hidupnya, peran tersebut tentu berbeda untuk setiap pribadi, tetapi ujung pangkalnya haruslah sama Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Kita berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya. Maka tidak ada pilihan lain selain menjalani kehidupan di dunia ini dengan penuh tanggung jawab kepadaNya.

Realitas yang terjadi banyak dari umat Islam gagal paham tentang ujungpangkal hidupnya, setidaknya itu tercermin ketika kurang tepatnya dalam menafsirkan ibadah dengan membatasinya dengan persoalan ibadah ritual semata. Tentu itu tidak salah namun kurang sempurna ketika kegigihan dalam ibadah ritual mengabaikan persoalan sosial yang ada disekelilingnya, misal kemiskinan, kebodohan, kelaparan dan kesulitan kerabat yang ada di sekitarnya.

Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup dengan sendirinya. Setiap potensi yang dimiliki akan percuma jika disalurkan kepada hal-hal kurang bermanfaat bagi kemanusiaan, maka perlu penguatan berbagai kompetensi yang dimiliki seorang yang mengaku muslim agar prosesi kehidupannya tidak hanya membahagiakan dan bermanfaat bagi dirinya pribadi namun juga dirasakan oleh makhluk lain.

Untuk mencapai kebermanfaatan, perlu kiranya kita kaji ulang pemikiran Mohammad Natsir, ia menyatakan dalam karya monumentalnya Fiqhud Dakwah, bahwa Islam memanggil pancaindra, menggugah akal dan kalbu, menyambung jangkauan untuk hal-hal yang tidak tercapai oleh mereka sendiri, sehingga manusia tidak lagi meraba-raba dalam mencari Tuhannya. Ini setidaknya dapat di maknai seorang muslim harus membangun basis intelektual dan Keimanan (spiritual) agar dapat mencapai pengetahuan tentang tuhannya.

Dalam mengkonstruski dua basis tersebut butuh keuletan dan semangat pantang menyerah sebab menuntut ilmu dan menguatkan keimanan bukanlah hal yang mudah. Perlu menjadi sorotan bahwa basis intelektual dibangun dari kesadaran untuk belajar dan berilmu sebagai kewajiban seorang muslim, mustahil peradaban Islam sampai ke puncaknya kembali jika tidak menguasai berbagai ilmu pengetahuan, gandrung akan ilmu adalah pengejawantahan dari kecintaan kita kepada Sang Khalik, karena hanya dengan itu kebodohan akan terberangus.

Penguatan spiritual dapat diupayakan dengan mengenali tuhannya dengan senantiasa mengingat, mengkaitkan,melibatkan, mendahulukan, serta mengutamakanNya di dalam kehidupan meminjam istilah Indra Syamsi hanya ada satu kata Allah, artinya segala apa yang ada dan segala apa yang terjadi selalu terkait, berkaitan dan tidak terlepas dari zat yang maha kuasa.

Pekerjaan rumah kita tentu masih banyak terlebih untuk mengurangi angka kemiskinan dan menghilangkan kelaparan, tugas yang tidak pernah lekang dari catatan sejarah. Untuk itu selain basis intelektual dan spiritual perlu juga membangun basis finansial sebagai penopang kehidupan umat, sedikit mengusik ketika ada berbagai pihak mengatakan kita tidak boleh berkiblat pada sistem ekonomi barat, tetapi miskin referensi untuk membangun kekuatan ekonomi umat, disanalah tugas para ekonom dan para cendikiawan muslim membuat gerakan progresif untuk kesejahteraan ummat. Dan untuk tataran masyarakat perlu kiranya secara masif membangun solidaritas social, baik membuat lumbung pangan di desa-desa ataupun gerakan lainnya tidak lupa para intelektual muslim tidaklah cukup berada di Menara gading dengan hanya memperhatikan mereka harus turun ke lapangan membaca, mengkritisi dan mengubah kenyataan.

Kehadiran islam sebagai rahmatan lil alamin harus benar benar terealisasikan, persoalan kebodohan, kemiskinan dan kelaparan harus menemui titik penyelesaiannya. Islam sebagai kekuatan pembebasan kaum-kaum tertindas harus dipahami sebagai jalan yang harus ditempuh kaum muslimin dengan memiliki basis kekuatan intelektual, spiritual dan finansial dalam hidupnya.

Penulis: Fata Azmi

Belum ada Komentar untuk "Tugas Komunal Kaum Muslimin"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel