Bertanya untuk merdeka
Manusia memiliki kuasa atas dirinya maka dari itu
fitrah manusia adalah menjadi merdeka, mampu memanusiakan manusia adalah tujuan
hidupnya dengan memerdekakan dan membebaskan diri dari situasi-situasi batas
yang memenjarakan di luar kehendaknya, kesadaran bahwa hidup tidak bisa sendiri
mutlak diperlukan, seseorang hidup di dunia dengan orang-orang lain sebagai
manusia dalam komunal masyarakat, maka kenyataan ada bersama (being
together) harus dijalani dalam proses menjadi (becoming) yang tak
pernah berhenti. Inilah perjuangan dalam mengintegrasikan diri untuk menjadi
manusia seutuhnya dan merdeka.
Istilah merdeka belajar
menjadi familiar di era ini, Merdeka Belajar slogan Sekolah Cikal yang dipinjam
sebagai program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud RI) dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Esensi kemerdekaan berpikir harus
didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem
menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan
dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada
pembelajaran yang terjadi. (wikipedia.org)
Praktik pendidikan yang memerdekakan berkontribusi memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada pembelajarnya yang tidak semata digunakan
sebagai penunjang peran dalam masyarakat, penyelenggaraan pendidikan haruslah
mendorong peserta belajar agar mampu dengan kesadarannya sendiri memilih peran
sebagai apa dalam masyarakat, ruang aktualisasi diri hendaknya dipersiapkan
agar potensi tidak sebatas potensi selebihnya dapat dikembangkan dalam
menyemarakkan kehidupan bermakna sebagaimana pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fungsi dan tujuan pendidikan mustahil tercapai jika relasi yang dibangun oleh para pelakunya tidak disandarkan pada relasi dialogis, relasi ini akan menimbulkan kuriositas atau rasa ingin tahu pada pembelajar dengan dilatih bertanya sebagi pintu awal dalam berpikir dengan melibatkan peran, pengalaman, dan pengetahuan pembelajar tersebut, karena tidak jarang proses belajar bersifat dogmatis hanya berlangsung satu arah tanpa hadirnya pertanyaan dan daya kritis.
Dengan relasi dialogis yang dibangun maka pendekatan peran serta (partisipatory)
perlu diterapkan dalam proses belajar di mana pembelajar sebagai subjek,
bukan sebagai objek yang harus diceramahi dan didikte dalam segala hal.
Pembelajar menjadi seorang partisipan yang diharapkan keterlibatannya secara
sadar dan penuh dalam proses pendidikan yang berbasiskan pengalaman serta
pengetahuan yang dimiliki.
Bertanya Kunci Pembelajaran
“Asking a Question is
the simplest way of focusing thinking"
-Edward de Bono-
Kemampuan untuk bertanya
perlu dijadikan perhatian, karena dengan adanya pertanyaan ada keinginan untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya hal inilah menjadi pijakan
awal bahwa tahu diri akan ketidaktahuan adalah keharusan yang dimiliki dalam
prosesi mencari ilmu. Bertanya akan menarik perhatian dan memancing akal
pikiran agar ikut aktif, terutama dalam memunculkan kemampuan yang masih
terpendam, membangun semangat berpikir, menyegarkan kembali ingatan yang beku,
dan menumbuhkan kesiapan menghadapi tantangan.
Bertanya sebagai kunci
belajar dapat diterapkan jika perhatian dalam kegigihan membaca baik buku,
realitas sekitar dan alam dibiasakan, dengan membaca membuat pembelajar
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam
membaca tersebut terjadi keraguan, pertanyaan ataupun kesalahan pemahaman akan
dapat dibahas dan didiskusikan secara bersama-sama dengan demikian terjadi
hubungan yang aktif dalam mencari pola dari pada sekadar menerima saja karena
telah dirangsang untuk berpikir.
Jadi dapat dipahami
bahwa bertanya merupakan suatu upaya aktif dalam kegiatan belajar, yang mana
suatu pertanyaan yang baik akan membuat informasi yang sedang dipelajari
menjadi lebih berarti, lebih dapat dipahami, dan dapat dihubungkan dengan
informasi lain yang berkaitan. Proses bertanya menciptakan tantangan dalam
pemikiran pembelajar yang membuatnya berusaha keras untuk mengetahuinya secara
cepat terlebih lagi dapat mengasah kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotoriknya, dengan kata lain dengan bertanya membangun kebiasaan berpikir
secara reflektif.
Untuk menjadi merdeka lekaslah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
yang mengendap selama ini agar lekas pula jawabnya diketahui, sebab mereka yang
berani bertanya akan sulit tersesat berbeda halnya jka hanya diam dan menerima
segalanya tanpa tanda tanya siap-siaplah kehilangan arah karena hanya diam
tidak menghampiri cahaya pencerahan.
Penulis : Fata Azmi
Belum ada Komentar untuk "Bertanya untuk merdeka"
Posting Komentar