Merawat Penasaran
Mungkinkah manusia hidup tanpa adanya rasa penasaran, pertanyaan sepintas ini muncul ketika anak saya bercermin dan memperhatikan rambutnya dan bertanya "Yah ini kenapa rambut aku nambah panjang, kok bulu mata aku segini terus". Mendengar pertanyaan tersebut saya terdiam sejenak dan menjawab "belum tahu, nanti ayah cari tahu ya".
Sepenggal dialog diatas menginisiasi saya untuk menulis perihal penasaran. Menurut KBBI penasaran setidaknya dapat diartikan sangat menghendaki; sangat ingin hendak mengetahui (mendapat dan sebagainya) sesuatu. Sebagai seorang anak yang penuh dengan semangat ingin tahu harusnya rasa ini dirawat dan diasah untuk melatih cara berfikirnya dalam memahami kehidupan yang akan dialaminya.
Mengapa rasa penasaran itu penting untuk anak-anak, menurut Maughn Gregory pada dasarnya anak adalah filsuf alamiah. Artinya, mereka selalu menjadi seorang filsuf yang mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang sudah jelas bagi orang dewasa.
Selanjutnya apakah menanyakan segala sesuatu itu salah, tentu tidak, menjadi masalah adalah ketika lawan bicara (orang dewasa) mediamkan entah karena tidak tahu jawabannya, merasa pertanyaannya menyinggung sesuatu yang sudah mapan atau menjawab pertanyaan tersebut dengan umpatan dan sinisme yang akhirnya membunuh sikap kritis serta rasa ingin tahunya.
Sejauh pembacaan saya tentang pentingnya merawat penasaran selain dapat merangsang anak untuk dapat berfikir dan berfikir dimulai dengan memunculkan berbagai pertanyaan, juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa (linguistik) , kemampuan bersosialisasi dengan orang lain(sosial), kemampuan untuk berhadapan dengan kesuksesan dan kegagalan (psikologis), dan kemampuan untuk berpikir terbuka dan sistematis (ilmiah), sehingga ia bisa menerima pelajaran dari luar dirinya dengan lebih cepat dan mendalam.
Lalu apa yang perlu dilakukan oleh orang dewasa agar rasa penasaran anak-anak dapat terjawab dan terpuaskan rasa ingin tahunya, pertama harus dipahami untuk mencapai titik itu orang dewasa harus dapat menjadi fasilitator dalam menghantarkan sang anak kepada jawaban dan pertanyaannya selanjutnya dengan menggunakan setidaknya dua prinsip yaitu keterbukaan dan kesetaraan.
Kesetaraan dalam arti tidak ada hirarki yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Keduanya adalah partner (teman) untuk sama-sama berpikir dan sama-sama mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan keterbukaan dapat diartikan setiap pertanyaan adalah sah, boleh diucapkan dan setiap jawaban dapat dilihat sebagai berbagai kemungkinan.
Dua prinsip inilah yang menjadi ruh dalam dialog-dialog yang diadakan karena tanpa adanya ruh ini komunikasi yang hadir hanya satu arah dan anak hanya sebagai pendengar yang tidak dibutuhkan suaranya dan orang dewasa adalah yang maha benar atas setiap ucapannya.
Dengan dua prinsip diatas setidaknya akan ada pengetahuan baru, cara pandang baru dalam menyikapi perbedaan, permasalahan juga akan ada kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil dari dialog yang dihadirkan.
Oia untuk pertanyaan anak saya diawal tentang mengapa bulu mata berbeda dengan rambut yang tumbuh lebih panjang, saya coba menjawab dengan referensi yang saya cari di Mbah Google, seperti dilansir dari bobo.id
Ada tiga fase dalam siklus pertumbuhan rambut, yakni: Fase anagen (pertumbuhan), Fase katagen (transisi/perubahan), dan Fase telogen (istirahat).
Alis dan bulu mata mengalami fase anagen hanya beberapa minggu saja, sedangkan rambut di kepala mengalami fase anagen selama bertahun-tahun. Saat fase anagen berhenti, maka alis mata dan bulu mata juga akan berhenti tumbuh.
Saya tidak yakin jawaban ini dapat dipahami anak saya yang berumur 5 tahun tapi setidaknya rasa penasarannya sedikit terobati.
Penulis : Fata Azmi
Belum ada Komentar untuk "Merawat Penasaran "
Posting Komentar