Sebelum Berkelana


Perkelanaan seorang petualang dimulai ketika ia melangkah untuk pertama kalinya. Petualang sejati tentu menyadari perjalanan panjang yang akan di tempuh tidak selamanya mulus dan mudah untuk dilewati, pasti akan banyak semak belukar, jalan berduri bahkan buntu yang akan datang silih berganti menghampiri.

Kesiapan dan persiapan yang matang merupakan bekal awal yang harus dimiliki seorang petualang. Gagal dalam menyiapkan dan tidak siap dengan segala rintangan sama halnya menuju kehancuran, kesiapan diri dengan segala penempaan, latihan, penguatan ilmu pengetahuan dan kemantapan keyakinan akan jalan yang akan ditempuh wajib dilakukan sebelum memulai perjalanan.

Selanjutnya mempersiapkan segala kebutuhan dan kejelasan rencana harus sudah dipikirkan masak-masak sebab tidak sedikit petualang yang baru berjalan  mengambil sikap balik kanan bubar karena keputusasaan dan nihil persiapan.

Begitulah gambaran perjalanan dan kesiapan yang mesti diperhatikan jikalau tidak ingin berakhir begitu saja, sekiranya menarik untuk dicermati hari-hari ini manusia bereuforia dengan aktivitas yang diikutinya tetapi jika ditanyakan lebih dalam makna dan tujuan dari aktivitas tersebut seperti kehilangan jawaban, tidak tahu arah, karena sekedar mengikuti arus mempertontonkan eksistensi diri. Ini tidak salah, tetapi sedikit mengenaskan ketika aktivitas yang seharusnya dipahami dengan baik dan benar hanya dianggap sebuah ritual biasa sehingga miskin makna dan rasa.

Ketika menghadapi situasi miskin makna dan hilang rasa sudah sepantasnya diperjelas terlebih dahulu motif apa yang melatarbelakangi perjalanan, jika perjalanan atau aktivitas yang dilakukan bermotif hanya mencari sorotan kamera maka itu hanya sesaat, berapa banyak hal viral berakhir dengan kehampaan, berbanding terbalik apabila motif di belakangnya adalah keyakinan bahwa jalan yang ditempuh merupakan jalan menuju kebenaran, tentu segala upaya dan daya dicurahkan untuk berjuang di jalan tersebut.

Untuk mengikis miskin makna dan hilangnya rasa maka perlu adanya keberanian moral dan intelektual dalam membaca perjalanan  sejarah yang pernah terjadi. melihat kedepan dengan langkah tegap dengan kesadaran sejarah merupakan semangat menuju perubahan dan perbaikan. Keinsyafan akan kekayaan warisan ilmu pengetahuan harus lebih di apresiasi dengan tetap diiringi dengan sikap kritis terhadap keadaan sebab tanpa adanya daya kritis manusia cenderung hanyut dalam rasa kepuasan sehingga muncul kebekuan.

Tradisi penguatan moral dan intelektual harus dihidupkan dengan kemampuan menangkap perkembangan zaman, budaya dialog dengan sikap terbuka akan menghidupkan kreatifitas dalam merespon setiap keadaan agar proses pemahaman di aktualisasi dalam pengamalan dan inilah wahana bagi inovasi sebagai pijakan bagi perkembangan peradaban.

Saatnya mempertegas arah bagi siapapun yang ingin berkelana, pastikan motif perjalanan yang akan ditempuh, siapkan yang perlu dipersiapkan, buang segala beban yang menghalangi. Berproses sampai ke tujuan merupakan fase kenikmatan yang tidak hanya disyukuri tetapi dirasakan, rasakan saat demi saat dalam perjalanan ambil hikmah sebanyaknya. Semoga perjalanan anda kaya makna dan menggugah rasa.

Penulis : Fata Azmi

Belum ada Komentar untuk "Sebelum Berkelana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel