Tahun Baru, Membaca dan Berkaca

 

Setiap manusia yang memiliki keimanan di dalam dirinya tentu sadar bahwa kehidupannya di alam raya ini memiliki batas saat, batas waktu, batas masa yang mana pada gilirannya nanti satu persatu dari kita akan dipanggil menghadap Allah.

Di pertengahan tahun kemarin kita sama sama diperlihatkan secara gamblang ketika ada saudara, kerabat dan orang-orang disekitar kita di panggil menghadap Allah. Tidak mengenal usia, harta, jabatan dan lainnya, ini jelas mengingatkan kembali ketika Allah berkendak maka tidak ada yang mustahil bagiNya.

Maka dari itu di awal tahun ini marilah sama-sama kita renungkan kembali firman Allah di dalam surat Al-Hasr ayat 18 :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."


Ayat ini menjelaskan tentang perlunya menjaga dan meningkatkan kualitas ketakwaan juga mengingatkan kembali pentingnya seseorang melihat apa yang telah diperbuatnya di masa lampau untuk kesuksesan dan kebahagiaan masa depan, dengan melihat perjalanan yang telah dilewati sesungguhnya Allah senantiasa memberi motivasi kepada kita untuk selalu menanam kebajikan dengan beribadah dan beramal shaleh untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dengan sisa waktu yang diberikan kepada kita saat ini sudah seharusnya selaku manusia untuk mengerjakan segala hal yang berorientasi pada hal baik sesuai fitrah manusia yaitu melakukan segala aktifitas diniatkan untuk beribadah kepada Allah sehingga bermanfaat untuk hidup pribadi maupun orang lan di sekeliling kitaUntuk  itu setidaknya ada dua hal yang perlu kita rutinkan dalam menyambut pergantian tahun.

Membaca

Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW  adalah Surat al-‘Alaq ayat 1-5 dimulai dengan sebuah kata imperatif atau kata perintah iqra ( Bacalah). Hal ini menunjukkan adanya urgensitas membaca bagi kelangsungan hidup manusia, membaca adalah hal fundamen yang harus dilakukan manusia untuk mengetahui segala yang belum di ketahuinya.

Membaca adalah sebuah aktivitas untuk memaknai realitas yang tejadi. Seseorang yang membiasakan membaca pada hakikatnya menyadari keterbatas dalam dirinya dengan begitu kuriositas dalam dirinya menghantarkannya pada pencerahan dan pembaharuan.

Ketika membaca al-Quran berarti kita belajar memaknai substansi isinya untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai petunjuk, membaca buku berarti kita berproses untuk memaknai isi kandunganya dan mengambil pelajaran untuk praksis hidup kita, membaca alam semesta berarti memaknai tanda-tanda kekusaanNya untuk kemudian kita bertasbih dan sadar bahwa kita adalah makhluk kecil yang tidak pantas memiliki kesombongan, membaca realitas kehidupan berarti kita sedang berusaha memahami hakikat kehidupan agar kita menjadi manusia yang lebih arif dan bijaksana dalam hidup ini.

Agar Bacaan selalu bermakna dan memberikan manfaat secara maksimal bagi pelakunya. Maka haruslah kita landaskan pada kecintaan pada Allah yang telah menciptakan hamparan bacaan di alam raya ini. Bacaan yang telah kita baca sejatinya akan menambah kesadaran diri akan keterbatas serta kekurangan manusia tentang berbagai hal yang ada dan dipenghujungnya ketika seseorang telah tercerahkan sejatinya ia sedang menuju kepada penciptanya (Ilaihi rojiun).

Berkaca

Berkaca adalah proses diri kita untuk mengenal, menilai dan menjadi media untuk mengetahui diri kita secara mendalam. Berapa banyak manusia hari ini dengan mudah menilai, megomentari bahkan hafal gelagat dan aib orang lain sedangkan untuk memahami dirinya sendiri sangat amat kesulitan sebab tidak tahu akan hakikat hidupnya untuk apa ia dihidupkan.

Untuk itu marilah kita menyimak kembali sebuah kisah yang mungkin sudah jamak terdengar tentang dialog murid dan gurunya di sebuah majelis ilmu:

Guru : Siapa Kamu?

Murid: Aku adalah Fulan

Guru : Aku tidak bertanya siapa namamu, yang aku tanyakan siapa kamu ?

Murid : Aku adalah anak dari seorang petani dan tinggal di ujung desa ini

Guru : Aku tidak bertanya asalmu, yang aku tanyakan siapa kamu ?

Murid: Aku adalah muridmu

Guru : Aku tidak bertanya profesimu, yang aku tanyakan siapa kamu ?

Akhirnya muridnya pun terdiam dan kehabisan kata-kata untuk menjawab gurunya. Sembari menepuk pundak muridnya guru itupun menjelaskan hari ini tidak sedikit manusia lupa tentang siapa sebenarnya dirinya, mereka membanggakan jabatan, label yang dimiliki, status sosial, harta bendanya dan dari golongan mana mereka berasal dan ketika kehilangan itu semua seakan dunia sudah tidak lagi berpihak kepadanya.

Guru itupun melanjutkan bahwa kita adalah manusia yang memiliki tugas dan fungsi pertama, adalah abdullah dan kedua adalah khalifatullah, abdullah adalah hamba Allah maka kehidupan kita di alam raya ini tidak lain dan bukan hanyalah untuk pengabdian kepadaNya, dan khalifatullah adalah wakil tuhan di muka bumi ini maka sudah sepantasnyalah kita menjaga, merawat dan melestarikan kehidupan di bumi Allah ini agar selalu berjalan sesuai kodratnya atau sunnatullah.

Dari kisah diatas hendaknya manusia berkaca untuk mengenal dirinya dengan pengetahuan akan dirinya, kesadaran akan eksistensinya hidup untuk apa, amal yang telah diperbuat sudah seperti apa dan usaha membenari diri sudah sejauh mana dengan rutin bertanya kedalam dirinya, jangan sampai kesungguhan untuk membaca dan berkaca itu hadir terlambat, karena ketika jasad dan roh yang kita miliki berpisah sudah usai perjuangan yang dapat dilakukan. 

Membaca dan berkacalah selagi bisa.

Wallahu a’lam bisshawab

Penulis: Fata Azmi


Belum ada Komentar untuk "Tahun Baru, Membaca dan Berkaca"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel