Sebelum Terlampau Jauh
Selama relasi kuasa lebih diutamakan ketimbang hubungan dialogis tidak perlu heran apalagi trauma jika suatu saat nanti letupan demi letupan kecil hari ini akan menjadi letusan yang memporak-porandakan, alarm bahaya sudah harus dinyalakan di kala malapetaka mulai menghampiri sedangkan sedikit sekali yang tergedor dan tergerak hatinya mempertanyakan ada apa gerangan yang terjadi, sosok-sosok lugu harus segera mengerutkan dahinya tanda gerakan akan dimulai bila keluguan itu tetap dipertahankan niscaya kerobohan semakin mendekat.
Rotasi mutlak terjadi, berputar dan berganti sesuai dengan alurnya siapa yang merasa tidak akan tergantikan hendaknya bersiap diri terhinakan zaman, salah satu langkah preventif agar tidak terhinakan adalah menyadarkan diri bahwa manusia memang terbatas dan berbatas selanjutnya mengupayakan diri merubah tataran tingkah laku dalam bersikap sebab tergelincirnya segolongan manusia pada lembah nestapa bukan hanya karena kebodohannya tetapi melegitimasi kebodohan menjadi kebenaran.
Saat ini kita dipertontonkan rasa malu untuk mengatakan aku sebenarnya tidak tahu dan lebih senang berlomba mengutarakan aku lebih tahu, permulaan yang buruk jika berangkat dari ketahuan akan segala hal karena mustahil akan mendapatkan apa-apa karena semuanya serasa sudah ada di pustaka akalnya, berbeda jika bertolak dari rasa ingin tahu karena sadar akan ketidaktahuan dirinya maka peluang untuk lebih berkembang dan berdaya semakin besar.
Kuriositas atau rasa ingin tahu dapat dilatih dengan bertanya sebagi pintu awal dalam berfikir, celakanya kebuntuan untuk berani bertanya dan berfikir terendap karena ada semacam dogma yang sudah terlanjur dipelihara dalam ruang kehampaan, dogma tersebut sungguh membuat potensi berkembang seolah dikebiri, emosi mengalahkan kongnisi dan berakhir dengan menayangkan kepandiran.
Untuk menjadi merdeka lekaslah menggeser pandangan bahwa keadaan sebenarnya tidak baik-baik saja, mari merayakan polemik dan dinamika dengan kejujuran dan kemurnian hati agar persoalan dapat terlihat lebih jernih, sudah cukup dendam berbalas dendam saatnya membuka mata dan memperjelas arah karena selalu ada kekhawatiran apakah kita sudah tersesat terlampau jauh ?.
Penulis : Abu Zhilal
Belum ada Komentar untuk "Sebelum Terlampau Jauh"
Posting Komentar