Untuk Kebekuanmu
“Aku selalu ingin menghadirkanmu dalam detak dan detik
hidupku”
Iya aku
menantimu, masih sama seperti dahulu, di bawah tetesan air hujan aku
menghadirkan eksistensimu dalam khayalku, sampai saat ini aku masih jauh untuk
mendekat entah kenapa, aku belum terlalu berani larut dalam namamu aku
masih menantimu, sebatas menantimu.
Di
persimpangan itu dahulu kita bertegur sapa tanpa saling tahu siapa kita, kita
hanya tahu bahwa kita hadir untuk saling berpapasan, kita saling memandang
tanpa kata terucap, iya saling memperhatikan dan saling berusaha
menyembunyikan.
Berapa
lama proses ini berlangsung akupun tak tahu, aku pernah bertanya pada waktu
namun iya tak mempedulikannya, ia hanya terus berjalan tak bisa ku hentikan
walau hanya sekedar menjelaskan akhir dari sebab ini.
Aku
selalu ingin menghadirkanmu dalam detak dan detik hidupku dalam derap nafas
adaku, ternyata aku terlambat kamu sudah terlebih dahulu dariku, kamu lebih
dahulu bahkan jauh sebelum itu kamu sudah menemaniku dalam ketiadaanku.
Sudah
jauh aku melangkah namun tapakku tak mendalam makna, aku coba menoleh dan kamu
masih tetap di hadapanku, aku berkedip kamu muncul setelah kedipku, aku
memejamkan mata kamu hadir bak cahaya, kamu tak pernah sirna.
Aku hanya
tangguh menantimu, berapi-api menyebut namamu, menyulap ingatan menjadi kita,
tapi itu hanya sebatas ingin ya bodoh sebatas ingin, lagi-lagi nyaliku menciut
jika kamu benar-benar hadir dihadapanku, aku masih bersembunyi dibalik kata
ingin, akau mohon kamu bersabar dengan sebatas keinginanku yang menyebalkan
ini, itu disebabkan aku masih belum mengenal seutuhnya siapa diriku, maafkan aku.
Belum ada Komentar untuk "Untuk Kebekuanmu"
Posting Komentar