Respon Kebuntuan
"Seekor anjing yang menggigit tulang di mulutnya, tidak dapat melakukan dua hal : Ia tidak dapat menyalak dan ia tidak dapat menggigit"
(Profiro Diaz)
Kaum yang sengaja dipenuhi dan dicukupi nafsu kekuasaannya perlahan akan kehilangan daya kritis pada kebatilan dan kesewenang-wenangan. Mereka akan gagap mengatakan yang benar adalah kebenaran dan salah adalah kesalahan, sebab inilah bahaya nyata dari penjajahan gaya baru "kau kuberikan segala yang kau mau, syaratnya satu ,cukup diam" dampaknya tidak perlu heran jika jamak terlihat seseorang kehilangan ketajaman nurani dan rasa kemanusiaannya.
Sejatinya kekuasaan adalah kehendak Allah dan manusia sebagai pengemban amanah di muka bumi tidak boleh berlaku semena-mena. "Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." Ali Imran ayat 26
Kepentingan jangka pendek menjadi dasar mengapa praktik culas masih merajalela sampai saat ini, kekuasaan yang terbilang menggiurkan lebih mempesona mata ketimbang ketimpangan yang semakin hari semakin terasa, banyak persoalan yang terjadi dianggap angin lalu sampai menguap tanpa bekas dengan tidak ada pelajaran yang diambil darinya, imbasnya kini selain sulit menjadi manusia yang berdaulat, manusia saat ini diarahkan menjadi kleptomaniak seseorang yang mengambil atau menguntit milik orang lain dan tidak sadar bahwa telah melakukannya.
Tidak hanya hak orang lain yang dilibas, kebebasan untuk mengeluarkan pendapat lambat laun semakin menuju jalan buntu, gelombang protes menjadi alasan pengganggu stabilas makanya terjadi penertiban dimana-mana, suara dibungkam, mural oposan dihapus dan spanduk kekecewaan dilarang hadir di ruang publik padahal perlu maklum di setiap zaman tentu mengenal istilah trial and error , kesalahan adalah hal lumrah terjadi, setiap percobaan memiliki peluang salah yang sangat besar seharusnya dijadikan proses belajar dan berguru, disinilah diperlukan jiwa ksatria untuk tidak hanya berani namun juga ikhlas menerima masukan dan saran serta selanjutnya dijadikan bahan untuk melakukan perbaikan.
Untuk itu perlu tanggung jawab yang harus hadir guna menjawab dan merespon problematika yang tidak pernah sepi ini, setidaknya ada tiga hal yang dapat mempengaruhi arah masa depan perjuangan, Pertama, perlu kemampuan dalam menerjemahkan kepentingan orang banyak, tidak hanya sebatas kelompok dan golongannya saja melainkan lintas kelompok dan golongan kemudian setelahnya merumuskan persoalan yang ada agar mendapat penyelesaiannya. Kekurangmampuan merumuskan persoalan akan berdampak pada keputusan dan jalan yang akan diambil kedepannya, namun itu saja tidaklah cukup jika tidak diiringi dengan komitmen pejuangan yang optimal.
Kedua mampu mengelola konflik yang terjadi, kecanggihan maupun kepandaian dalam mengelola dan mengendalikan konflik menjadi kunci utama menyongsong kejayaan, tidak membiarkan konflik berlarut-larut adalah modal utama memunculkan kepercayaan dengan penyelesaian yang terukur, tersistem dan terjangkau. Manajemen konflik menjadi mutlak diperlukan jika kondisi yang diidamkan ingin tercapai tanpa kelihaian mengelola konflik mustahil keharmonisan dapat terwujud.
Ketiga ,perlu gerakan pencerahan dan pencerdasan dalam mendorong proses menuju keberadaban bukan ke jurang pembodohan, kesiapan dari setiap pihak untuk selalu memperbaiki diri agar lebih baik menjadi pekerjaan rumah yang harus dilalui walaupun akan banyak sekali pembelajaran yang akan dijumpai dengan berbagai macam hambatan, kesulitan dan kesalahan, tetapi tidak perlu khawatir dengan seringnya menjumpai banyak hal tersebut pada penghujungnya mereka yang berikhtiar dalam kebenaran akan dipertemukan pada kebenaran hidup.
Wallahu a'lam bisshawab
Belum ada Komentar untuk "Respon Kebuntuan"
Posting Komentar