Pudarnya Getaran
“Aku masih bertemu buntu dan tak bosan bermesraan dengan
kebodohan”
Aku hanya
butuh sentuhan lembutmu bukan amarahmu, aku hanya butuh senyummu bukan kerutan
di wajahmu, aku ingin melepas hari dengan tawa bukan dengan muram durja,
bersamaan dengan tarikan nafas harus aku katakan saat ini aku letih.
Butuh
kekuatan lebih dan kepekaan yang lebih kuat sepertinya, aku tahu ujian tak
melulu datang namun aku jauh dari kelihaian melewatinya, aku masih bertemu
buntu dan tak bosan bermesraan dengan kebodohan.
Mahalnya
senyummu membuat diri ini tak henti bertanya, sebegitu tak berhargakah diriku
sampai untuk menarik bibir ke atas dan ke bawah saja sangat berat, bukan karena
kamu tak bisa tapi aku takut kamu lupa bagaimana caranya.
Menyaksikan
diammu laksana menggali luka, auramu luntur dan memudar, kebencianmu mengikis
cinta, semakin runcing dendammu akan semakin dalam memberi bekas, kamu tak
pantas dikenang sebagai pendendam, aku kutuk dendammu menjadi kasih sayang.
Kita
pernah berjanji untuk saling menyempurnakan bukan saling menyudutkan, betapa
mencekamnya jika malapetaka musim gugur cinta hadir, dunia gelap gulita, suara
yang terdengar hanya amukan dan umpatan.
Mengapa, hanya
bisa dijawab dengan karena, namun karenamu masih mengawang, aku tak bisa
mengerti semuanya, isyarat yang kamu berikan masih terbatas dan berbatas, ternyata
kita memang harus kembali belajar merasakan getaran, jika sudah terlampau jauh
getaran tak terdeteksi mungkin kita sudah lama tak saling mendoakan dan
merindukan.
Belum ada Komentar untuk "Pudarnya Getaran"
Posting Komentar