Pertanyaan dan Dilema

 


“Kejujuran Sendi Kehidupan”

 

Dalam sebuah obrolan ringan dengan seorang kerabat yang menjadi guru Pendidikan Agama Islam, ia bercakap bahwa ada seorang siswa yang menanyakan kepadanya bagaimana tanggapan bapak mengenai korupsi yang terjadi di Kementerian Agama, apa sudah tidak ada yang takut sama Allah.


Saat ditanya seperti itu kerabat saya menceritakan bahwa iya cukup kaget dengan pertanyaan tersebut yang membuat dia terdiam dan berfikir, cukup tajam pertanyaannya dan mencerahkan tentunya bagi siapapun yang ingin berfikir.


Kemudian kerabat saya menjawab pertanyaan tersebut sembari memberi contoh kepada siswanya kalo di RT kamu ada yang mencuri dan tertangkap polisi, menurut kamu yang salah satu RTnya atau orang yang mencuri, dengan sigap sang siswa menjawab yang mencuri yang salah, dengan jawaban itu kamu bisa tahu kalau ada kesalahan pada seseorang atau sekelompok orang tidak bisa semua yang ada disana jadi disalahkan namun harus kita pahami juga bahwa ulah orang yang mencuri tersebut pasti berdampak pada lingkungan yang ia tempati dan suka tidak suka lingkungannya pun akan di cap sebagai sarang pencuri.

Mendengar cerita kerabat itu sayapun berfikir sebegitu lumrahkah korupsi di negeri ini sehingga mudah memamah biak atau kita berada dalam satu sistem yang memaksa prilaku kotor dijalankan karena ongkos hidup yang selalu bertambah di karenakan komando hawa nafsu.


Kejujuran Sendi Kehidupan

Sendi-sendi kejujuran dapat goyah jika manusia lebih mengedepankan nafsu ketimbang akal sehatnya, ilmu yang diajarkan di sekolah tentang kejujuran tidak sekedar ilmu teori melainkan ilmu praktek guna dijalankan dalam kehidupan, berapa banyak nilai dalam transkip nilai tertulis memuaskan, dengan pujian atau yang lebih dari itu namun jika ilmu tak merubah laku (prilaku) apalah arti dan gunanya.

Pesan kejujuran mungkin sudah tak asing di telinga kita  baik itu pernah disampaikan melalui guru, orang tua ataupun yang lainnya, mereka mengajarkan kepada kita kejujuran namun dalam kenyataannya kecurangan dan kebohongan masih masif dilakukan.


Posisi Kita Seharusnya

Siapapun kita pasti menolak yang namanya korupsi, penolakan itu tak cukup dalam mimbar orasi, jargon-jargon kelompok maupun kelihaian retorika belaka namun harus dinyatakan dengan sikap tegas melawan, memerangi bahkan membenci prilaku kotor tersebut. Manifestasinya adalah kita hadir sebagai manusia yang berani menjadi bersih dan jujur dalam setiap kondisi dan situasi.

Menjadi bersih dan jujur sangatlah sulit jika kita hidup tidak dalam bingkai ketaatan kepada yang Maha Kuasa, taat kepadaNya tercermin dengan kita hidup bersama dengan hambaNya yang selalu mendekat kepadaNya sesuai dengan firman dan sunnah rosulNya bukan sebaliknya, untuk itu kita harus bersemangat menuntut ilmu guna mengubah laku, dengan hidup bersama dalam bingkai ketaatan bukanlah suatu kemustahilan jika kita akan terbebas dari segala kemungkaran.

Posisi terbaik adalah mendekat kepada yang Maha Baik, jadi jangan heran mengapa ada orang masuk bui padahal dia memiliki gelar pendidikan yang tinggi, jabatannya mentereng atau hartanya berlimpah. Coba kita telusuri dan renungi mungkin sudah terlalu jauh mereka dariNya dan  mereka terlalu angkuh untuk kembali memohon ampun kepadaNya.

Belum ada Komentar untuk "Pertanyaan dan Dilema"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel