Menghempas Sepi
"Berawal dari kesepian dan berakhir dalam
kesepian"
Sepi itu
nyata baik dalam berkabung maupun tertawa, saksikanlah dengan seksama bagaimana
suara tidak lagi didengar dan digubris sehingga banyak kasus menyayat hadir
membabi buta berserakan karena kesepian tidak dianggap sebuah kesepian.
Mengukir
sepi dalam bingkai kehidupan tentu menjadi sajian yang tidak dapat disepelekan,
bagaimana kita menyikapi kesepian dan bagaimana kita
menghempaskannya pun menjadi dialektika dalam diri kita sendiri, ada yang
kembali ke Tuhannya, ada yang lebih mencari kesenangan sesaat ada pula yang
hilang akal hingga mengakhiri hidupnya.
Bagi
mereka yang kembali ke Tuhannya tentu memiliki alasan kuat, begitupun dengan
pilihan lainnya, berujung sia-sia atau hidup menebar makna adalah dua pilihan
yang dapat dipilih oleh para penjelajah sepi, tepatnya pilihan bergantung
sejauh mana diri kita memaknai sepi, apakah sepi ini hanya menunggu ujung atau
sepi ini kita artikan sebuah fase merenung tanpa henti tentang hidup ini.
Belum ada Komentar untuk "Menghempas Sepi"
Posting Komentar