Kolektor Amarah
“Isakan dan duka tak kenal jeda menghampiri kita”
Kemana
suara ini harus diperdengarkan di kala keramaian menjadi sunyi, terang menjadi
kelam, kebencian menjadi idaman, sungguh letih ini memuncak, lantunan yang dulunya merdu kini terdengar menjenuhkan.
Kemarilah
sebelum kaki ini melangkah pergi, memilukan jika berpisah karena keakuan, kemarilah
jangan hanya diam di tempat, diam kali ini bukan emas tapi menanam kedunguan, tingkah
lakumu memberikan getaran, getaran yang dahulu menentramkan kini tidak
diidamkan.
Kesedihan
dan tangisan masih menjadi andalanmu namun merubah laku masih jauh dari
pilihan, melihat bumi dengan segala kejelekannya lebih mudah ketimbang
mensyukuri segala yang diterima dari langit, kita mungkin ditakdirkan untuk
mudah mengutuk dan menggerutu tapi sadarlah yang indah akan tetap indah baik
sebelum dan sesudahnya.
Isakan dan duka tak kenal jeda menghampiri kita, memporak-porandakan ketegaran menggali luka, amarahmu ibarat
melukis dengan darah menulis dengan nanah. Jika untuk menyudahi ini semua sukar
jangan berharap asa berakhir indah.
Belum ada Komentar untuk "Kolektor Amarah"
Posting Komentar