Kolektor Amarah

 


“Isakan dan duka tak kenal jeda menghampiri kita”

 Menggunung rasa perih ini, ketika adaku diabaikan, selalu disudutkan dengan cemoohan berdalih karena serba dibatasi, kini kejenuhan bermuara pada tanda tanya besar masih kurangkah semua ini, aku tahu masih jauh sekali jika dikata cukup, sangat jauh karena  keinginamu yang digaungkan itu hanya imajinasi, untuk saat ini tidak mungkin terjadi, kini perlahan jurusan kebisuan makin menunjukan tajinya, perhatian menjadi tabu kecuali ada sinar kepentingan dibelakangnya.


Kemana suara ini harus diperdengarkan di kala keramaian menjadi sunyi, terang menjadi kelam, kebencian menjadi idaman, sungguh letih ini memuncak, lantunan  yang dulunya merdu kini terdengar menjenuhkan.


Kemarilah sebelum kaki ini melangkah pergi, memilukan jika berpisah karena keakuan, kemarilah jangan hanya diam di tempat, diam kali ini bukan emas tapi menanam kedunguan, tingkah lakumu memberikan getaran, getaran yang dahulu menentramkan kini tidak diidamkan.


Kesedihan dan tangisan masih menjadi andalanmu namun merubah laku masih jauh dari pilihan, melihat bumi dengan segala kejelekannya lebih mudah ketimbang mensyukuri segala yang diterima dari langit, kita mungkin ditakdirkan untuk mudah mengutuk dan menggerutu tapi sadarlah yang indah akan tetap indah baik sebelum dan sesudahnya.


Isakan dan duka tak kenal jeda menghampiri kita, memporak-porandakan  ketegaran menggali luka, amarahmu ibarat melukis dengan darah menulis dengan nanah. Jika untuk menyudahi ini semua sukar jangan berharap asa berakhir indah.

Belum ada Komentar untuk "Kolektor Amarah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel