Kembalilah
“Wahai pengkhianat, semua tercatat tanpa terlewat”
Wahai
pengkhianat, sudah kau bagi cintamu dengan yang lain lalu tanpa malu berkata "Aku
bosan denganmu." Apakah kau miskin ingatan untuk mengingat semua yang
telah dilalui.
Segala
tanda yang jelas ini terasakah olehmu,
terik matahari, embun di pagi buta, gelapnya malam, suara burung di pagi
hari, dan terbangunnya dirimu dari tidurmu.
Pengkhianatanmu
tak terhitung apa masih pantas kau berharap untung, kau terlalu congkak
berdiri, terlalu buas dalam duduk, merasa tinggi padahal kau berbaring, mana
janji setiamu saat itu, dengan mudah kau berucap terlalu cepat kau bersilap.
Wahai
pengkhianat, semua tercatat tanpa terlewat, kau mau kemana, kemanapun kau
berpaling, kemanapun kau pergi kau tetap membawa janji tidak sekedar
melangkahkan kaki.
Sadarkah
kala itu dengan tangisan kau mengemis padaku, suaramu terlunta langkahmu goyah
menemuiku dengan malu kau memohon maaf padaku, air matamu menyapu deras pipimu,
ingatkah dengan kejadian itu, jika kau lupa ku pastikan kau hilang ingatan.
Dari sini
aku memprediksi kau akan semakin menjadi, membusuk dan akan terlupakan, yang
kau pikir indah awalnya pada akhirnya berujung pengakuan dosa, sebelum prediksi
itu benar-benar terjadi terlintaskah dalam benakmu untuk kembali, kembali
seperti sedia kala, sedia menerima dan sedia menjadi yang ku pinta, aku tak
berharap banyak kepadamu yang telah berkhianat, aku hanya memintamu kembali dan
melepas khianatmu.
Belum ada Komentar untuk "Kembalilah"
Posting Komentar