Kabut Kesangsian
“Lantas, masihkah kita kabur dan tidak peduli dengan masa
depan peradaban”
Setia
seorang siswi kelas akhir di Sekolah Menengah Kejuruan yang hidup ditengah
lingkungan keluarga dan masyarakat yang jauh dari nilai keagamaan, rutinitas di
rumahnya hanya berkumpul 'nongkrong', ada yang main judi, terlebih lagi
temannya tidak sedikit menjadi wanita malam dan mabok- mabokan di kala bumi
gelap, Setia buntu mau kemana ia berlabuh dan berkeluh untuk sekedar
menceritakan kisah hidupnya dan harapan untuk masa depannya.
Dua kisah
diatas hanya sedikit dari ribuan kisah lainnya yang dialami oleh generasi muda
kita saat ini, mereka berada pada persimpangan jalan dalam hidupnya, mereka
berada dalam kesangsian dan hanya bisa tertegun melihat realita sekitar,
pilihan mereka hanya dua mengikuti alur atau membuat alur baru kisah hidup
mereka agar kelak tidak menjadi insan yang sia-sia.
Dimana Kita
Pertanyaan
ini menjadi sebuah auto kritik untuk kita semua yang hanya menjadi saksi dari
realita diatas dan diam tidak bereaksi untuk menunjukan kepada mereka jalan
mana yang seharusnya mereka tempuh.
Siapapun
kita saat ini, apakah masih remaja, kaum muda, bahkan sudah menjadi orang tua
dan manusia dewasa kita semua memiliki tanggung jawab untuk sama-sama
mengarahkan kehidupan siapapun mereka yang nasibnya sama seperti kisah diatas
untuk berproses menuju kebaikan bukan sebaliknya.
Apakah
kita mengira bahwa dengan kita diam melihat keadaan tersebut, kita tidak akan
dimintai pertanggungjawaban di hari kelak. Jika kita mengamini
hal demikian sama saja kita mengesampingkan eksistensi Tuhan dalam hidup kita.
Masihkah
kita merasa tugas ini hanya dibebani kepada guru, orang tua, para pemuka agama
saja. Tentu sangat jelas jawabannya tidak hanya mereka tapi kita semua yang
merasa terpanggil dan sadar bahwa ini adalah bentuk pengabdian kita kepadaNya
memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat terbaik dan bertanggung jawab
mewariskan generasi unggul untuk hari kemudian.
Apa yang harus
dilakukan ?
Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [ QS: 103: 1- 3].
Bentuk
konkrit dari manifestasi nikmat hidup yang Allah berikan kepada kita adalah
ikhtiar (usaha) kita untuk selalu berupaya menjadi insan kamil sosok manusia
yang menuju kepada kesempurnaan dengan cara bermanfaat baik untuk diri pribadi
dan orang lain yang ada di sekitar kita.
Bermanfaat
untuk diri pribadi harus kita tempuh dengan kesadaran bahwa kita dihidupkan
untuk beribadah kepadaNya. Sadar bahwa kita lemah tanpaNya bukan tanpa
selainNya, karena kelemahan tersebut kita berproses untuk belajar menuntut ilmu
sebagai bekal mengarungi kehidupan dengan niat yang baik sehingga hasil dan
efeknya pun baik.
Bermanfaat
untuk orang lain adalah dengan mengimplementasikan ilmu yang kita miliki untuk
kemaslahatan ummat bukan sebaliknya. Ajak mereka menuju jalan yang lurus,
saling mengingatkan untuk selalu dalam kebaikan dan kesabaran dalam prosesi
kehidupan.
Semoga
Allah memberikan kita kemampuan dan keridhoan untuk dapat melaksanakan segala
usaha yang mendekatkan diri kita kepadanNya. Sulit rasanya jika usaha ini hanya
dilakukan oleh segelintir manusia oleh karenanya kita semua yang sudah mengikrarkan
diri "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam." mari bersama mengemban tugas ini.
Belum ada Komentar untuk "Kabut Kesangsian"
Posting Komentar