Kabut Kesangsian

 

“Lantas, masihkah kita kabur dan tidak peduli dengan masa  depan peradaban”

 Kanta adalah seorang siswa Sekolah Menengah Atas yang sedang mengalami pergolakan dalam jiwanya, ia bingung mau kemana ia mengadu dan bicara, rumah sudah tidak ada lagi kehidupan, orang tuanya sibuk bekerja, bahkan akhir pekanpun masih keluar rumah dengan dalih yang sama yaitu bekerja, pertemuan hanya mungkin di malam hari itupun jarang, dialog menjadi barang langka dirumahnya.


Setia seorang siswi kelas akhir di Sekolah Menengah Kejuruan yang hidup ditengah lingkungan keluarga dan masyarakat yang jauh dari nilai keagamaan, rutinitas di rumahnya hanya berkumpul 'nongkrong', ada yang main judi, terlebih lagi temannya tidak sedikit menjadi wanita malam dan mabok- mabokan di kala bumi gelap, Setia buntu mau kemana ia berlabuh dan berkeluh untuk sekedar menceritakan kisah hidupnya dan harapan untuk masa depannya.


Dua kisah diatas hanya sedikit dari ribuan kisah lainnya yang dialami oleh generasi muda kita saat ini, mereka berada pada persimpangan jalan dalam hidupnya, mereka berada dalam kesangsian dan hanya bisa tertegun melihat realita sekitar, pilihan mereka hanya dua mengikuti alur atau membuat alur baru kisah hidup mereka agar kelak tidak menjadi insan yang sia-sia.

Dimana Kita

Pertanyaan ini menjadi sebuah auto kritik untuk kita semua yang hanya menjadi saksi dari realita diatas dan diam tidak bereaksi untuk menunjukan kepada mereka jalan mana yang seharusnya mereka tempuh.


Siapapun kita saat ini, apakah masih remaja, kaum muda, bahkan sudah menjadi orang tua dan manusia dewasa kita semua memiliki tanggung jawab untuk sama-sama mengarahkan kehidupan siapapun mereka yang nasibnya sama seperti kisah diatas untuk berproses menuju kebaikan bukan sebaliknya.


Apakah kita mengira bahwa dengan kita diam melihat keadaan tersebut, kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban di hari kelak. Jika kita mengamini hal demikian sama saja kita mengesampingkan eksistensi Tuhan dalam hidup kita.


Masihkah kita merasa tugas ini hanya dibebani kepada guru, orang tua, para pemuka agama saja. Tentu sangat jelas jawabannya tidak hanya mereka tapi kita semua yang merasa terpanggil dan sadar bahwa ini adalah bentuk pengabdian kita kepadaNya memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat terbaik dan bertanggung jawab mewariskan generasi unggul untuk hari kemudian.

Apa yang harus dilakukan ?

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [ QS: 103: 1- 3].


Bentuk konkrit dari manifestasi nikmat hidup yang Allah berikan kepada kita adalah ikhtiar (usaha) kita untuk selalu berupaya menjadi insan kamil sosok manusia yang menuju kepada kesempurnaan dengan cara bermanfaat baik untuk diri pribadi dan orang lain yang ada di sekitar kita.


Bermanfaat untuk diri pribadi harus kita tempuh dengan kesadaran bahwa kita dihidupkan untuk beribadah kepadaNya. Sadar bahwa kita lemah tanpaNya bukan tanpa selainNya, karena kelemahan tersebut kita berproses untuk belajar menuntut ilmu sebagai bekal mengarungi kehidupan dengan niat yang baik sehingga hasil dan efeknya pun baik.


Bermanfaat untuk orang lain adalah dengan mengimplementasikan ilmu yang kita miliki untuk kemaslahatan ummat bukan sebaliknya. Ajak mereka menuju jalan yang lurus, saling mengingatkan untuk selalu dalam kebaikan dan kesabaran dalam prosesi kehidupan.


Semoga Allah memberikan kita kemampuan dan keridhoan untuk dapat melaksanakan segala usaha yang mendekatkan diri kita kepadanNya. Sulit rasanya jika usaha ini hanya dilakukan oleh segelintir manusia oleh karenanya kita semua yang sudah mengikrarkan diri "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." mari bersama mengemban tugas ini.

Belum ada Komentar untuk "Kabut Kesangsian"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel