Derita Lupa

 

“Melupakanmu adalah sebuah kemustahilan”

Walaupun kini kita berjauhan yakinlah selalu ada tempat singgah dalam setiap waktu ingin kembali, untuk melupakanmu adalah sebuah kemustahilan, ada banyak hal tentangmu yang pantas diabadikan dalam ingatan, aku tak perlu menceritakan semuanya cukup rasakan dan resapi, masih adakah rasa yang sama dengan kala itu, jika semakin menguat bertanda bahwa kita tak boleh saling mengabaikan.


Hari ini disini aku kembali mengingatmu bersama hembusan angin dari jendela itu, aku merasa kehilangan wujudmu, sentuhanmu, senyumanmu hingga kedipan matamu, tapi tetap saja aku masih bisa melihatmu, dirimu terbayang jelas dikepalaku sampai seluruh lekukan tubuhmu gamblang, kamu bersarang dalam ingatanku bersemayam dan bermukim tanpa permisi.


Kamu yang entah saat ini sedang apa dan dimana tentu tidak terlalu merisaukan kicauan ini, namun dari sini masih selalu ada harapan dan doa untuk kita dapat bersua kembali, aku ingin seadanya dan sewajarnya saja jika waktu kembali mempertemukan kita, aku tidak terlalu ingin tahu kabarmu, apa kesibukanmu kini, atau pertanyaan basa basi lainnya, aku hanya ingin memastikan masih adakah aku dalam ingatanmu.


Jika namaku sudah kau tenggelamkan dan terdampar entah dimana mungkin aku terlalu berisik dengan hatiku sendiri, memastikan di balik abu-abu adalah putih ternyata yang terjadi sebaliknya hitam dan siap-siap hatiku mencekam, apa yang lebih menggentingkan dari situasi diri yang telah dilupakan, aku tumpahkan segala asa namun yang tertinggal hanyalah lupa.


Namun sebaliknya jika namaku masih tersandera dalam memori ingatanmu aku pasti tersenyum dengan lega, ternyata namaku masih kamu museumkan dalam ingatmu, kita masih saling mengoleksi baik-baik nama kita, sekarang kondisi sudah jauh berbeda, disela perpisahan kita banyak kisah terselip, terbingkai dan terjadi disana.


Pertanyaannya masih bisakah kita kembali seperti dulu, menjadi pendengar setia setiap kisah yang akan saling kita lantunkan atau kini sudah ada telinga lain yang lebih layak mendengarkan semuanya, tidak perlu dijawab tentu kamu yang lebih tahu jawabnya.


Setidaknya jika benar benar kita dipertemukan kembali izinkan aku untuk menikmati waktu itu, aku tidak mau banyak kata keluar dari mulutku karena bagiku memastikan namaku masih ada dalam ensiklopedia hidupmu itu sudah menyenangkan dan membahagiakan, bagiku tiada yang lebih membahagiakan selain kita masih saling mengingat.


Percayalah selalu ada titik dimana kita memulai dan mengakhiri segala yang terjadi, untuk memulai mungkin lebih mudah ketimbang untuk mengakhiri, hanya butuh saling sapa dan berkenalan untuk memulai namun butuh kerelaan dan ketegaran dalam mengakhiri sesuatu yang sudah terjalin begitu erat.


Pada akhirnya kita akan dihadapkan pada kenyataan yang harus kita terima, sudah siapkah kita berdiri tegak dan tegar untuk saling merelakan kepergian atau kita menyesal karena pernah dipertemukan.

Belum ada Komentar untuk "Derita Lupa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel