Apakah Aku Bodoh?

 



"Izajah hanya kertas, Nilai yang hakiki adalah penghargaan masyarakat mu terhadap jasamu, Jasadmu boleh hilang tetapi jasamu akan selalu dikenang." (KH. Ahmad Rifai Arif)

 Menggeletik sebuah pertanyaan dilayangkan oleh seorang anak di media sosial karena nilai yang ia dapat jauh dari nilai teman-temannya, saya tidak tahu pastinya nilai apa yang menurutnya kurang sehingga terlontar pertanyaan demikian.


Gusar dengan pertanyaan tersebut (apakah aku bodoh) saya membuat sebuah pertanyaan turunan dari pertanyaan sang anak, Mengapa anak itu menanyakan apakah dirinya bodoh, Apakah nilai menjadi jaminan masa depan seseorang, Bagaimana yang harus dilakukan ketika hidup sudah terlanjur dirasakan tidak berpihak.


Sebuah keniscayaan manusia hidup dalam keterbatasan dan kekurangan, untuk itu kita dituntut untuk mengoptimalkan potensi diri guna menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, namun menjadi paradok ketika cap bodoh sudah ada (ditempelkan) sebelum seseorang mendapatkan fasilitas dan kondisi yang mendukung untuk keluar dari zona kebodohan tersebut.


Tidak sedikit lontaran kata bodoh keluar, sebab adanya perbedaan cara pandang dalam menyikapi keberhasilan dalam belajar, tidak selalu dan melulu seseorang yang mendapat nilai kurang di satu bidang pelajaran dipukul rata diseluruh bidang pelajaran, dan dinyatakan mereka akan gagal dalam segala hal.


Kita harus maklum bahwa fakultas kehidupan mengajarkan banyak sekali ilmu dan pengetahuan, menjadi miris jika hanya sekedar beberapa faktor seseorang harus mundur dari gelanggang masa depan karena cap yang terlalu gegabah diberikan sebelum dinamika hidup yang sebenarnya dilalui.


Setiap manusia terlahir dalam ketidaktahuan, mereka yang berada di tempat dan bersama orang-orang yang tepatlah yang akan mengisi ketidaktahuannya dengan lentera cahaya ilmu yang saling menyinari bukan dengan sekat yang dibuat untuk saling menggelapkan dan menenggelamkan.


Apakah nilai menjadi jaminan masa depan seseorang, kondisi saat ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai tinggi yang tertera pada selembar kertas menjadi standar umum seseorang dikatakan pintar dan berhasil dalam belajar, namun sesungguhnya apalah artinya nilai yang tinggi jika nilai-nilai kehidupan tidak tercermin dalam tingkah lakunyanya.


Mengutip kata KH. Ahmad Rifai Arif pendiri Pondok Pesantren Daar El Qolam,"Izajah hanya kertas, Nilai yang hakiki adalah penghargaan masyarakat mu terhadap jasamu, Jasadmu boleh hilang tetapi jasamu akan selalu dikenang." Ini menjadi lecutan semangat bagi kita agar selalu mengeksplorasi diri dalam kebermanfaatan karena bukankah yang terbaik dari kita adalah yang paling bermanfaat.


Bagaimana yang harus dilakukan ketika hidup yang sudah terlanjur dirasakan tidak berpihak, Jangan menyerah dan ubah cara pandang melihat keadaan, sudah banyak contoh kesuksesan dan kegagalan terhampar di depan mata kita, di barisan mana kita akan bergabung tergantung pada kemauan dan usaha kita saat ini.


Berhasil bukan hanya untuk mereka yang mau tapi bagi mereka yang mengupayakan sebaik mungkin, sebaliknya gagal bukan karena tidak ada kesempatan tetapi mereka berhenti dan tidak mengupayakan menjemput harapan.


Percayalah ada banyak cara dan jalan untuk kita mengukir karya, pertanyaannya apakah kita sudah berada pada situasi yang mendukung kita untuk itu, jika belum, Buatlah, Jika sulit upayakanlah. Semoga mereka yang berjuang untuk mencerahkan selalu dikuatkan langkahnya dalam menelusuri keyakinannya.

Belum ada Komentar untuk "Apakah Aku Bodoh?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel