Sebelum Retak dan Berserak
Apa yang akan dikatakan jika hari esok tidak lagi menawarkan canda dan tawa, mustahilkah, tentu tidak. Jika situasi kalang kabut seperti saat ini hanya ditepuktangani dan narasi demi narasi diciptakan dengan tujuan memperkeruh suasana, ditambah banyak yang terbawa arus dan lupa arah jalan pulang.
Tidak ada satupun derita yang layak untuk dinikmati dan ditertawakan oleh
manusia yang berakal sehat, menjadi ironi ketika tujuan baik dilakukan dengan
cara yang kontra produktif dan cendrung destruktif, dikatakan demikian karena
syarat sesuatu menjadi baik setidaknya melewati fase niat, proses, hasil dan
efek yang baik pula kurang dari itu kebaikan hanya sebatas kata pemanis.
Perlu diamati oleh kita, mereka
yang hendak mewujudkan ambisi pribadi dan golongannya apakah hadir dari diri
merka kepekaan bahwa hari ini, esok dan seterusnya akan selalu ada anak-anak kecil,
bayi yang akan lahir, para pemuda yang memiliki masa depan dan mereka semua
berhak merasakan indahnya hidup, cerianya rasa kemanusiaan dan manisnya dekapan
cinta yang harus diwariskan dan disisakan bukan untuk dibumi hanguskan.
Penampakan hari ini hanya ada
kamu dan dia yang bermonolog dan berdebat kusir tanpa akhir. Dialog mati entah
itu disengaja atau memang tidak pernah ada, para penonton dan pendengar dari
kejauhan mulai gusar akan situasi demikian, sampai kapan ini berlangsung, tentu
harus segera ditamatkan episode menjemukan ini.
Tidak bisa dibayangkan jika rasa
kemanusiaan perlahan terkikis dan lenyap, betapa teganya manusia hari ini jika
sampai ada nyawa yang terenggut akibat keinginan sesaat, apa untuk yang dimau
semua jalan menjadi sah dan mudah.
Refleksi bagi kita selaku
penghuni bumi saat ini, sejarah mencatat setiap tindak kesewenang wenangan
pasti ada konsekuensi yang akan diterima, ego sesaat pada saatnya akan dilibas
oleh kebenaran dan keadilan. Mengutip petuah Dr. Fahruddin Faiz
"Engkau mungkin bisa mengaburkan dan menutupi kebenaran, namun
engkau tidak akan mampu membuat kebenaran berubah menjadi kesalahan, atau
sebaliknya".
Jalan belum buntu, dari sini
terlihat bingkai hanya miring tentu sangat bisa untuk diluruskan kembali, namun
jika dibiarkan terlalu lama sangat mungkin akan jatuh dan menjadi retak,
sebelum jatuh dan retak, benarkan kembali posisi bingkai tersebut, jika ditanya
siapa yang harus mengembalikan posisi bingkai tersebut seperti semula,
jawabannya kita semua bertanggung jawab untuk itu, namun apakah “mereka” yang memiliki peran dan kekuasaan yang lebih masih
mau bersama memperbaiki dan menjaga bingkai ini ?
Belum ada Komentar untuk "Sebelum Retak dan Berserak"
Posting Komentar