Kosong
Sebuah
pengkhianatan berimbas pada muramnya wajah harapan, mungkin bagi ia cinta
pertama baru datang untuk pertama kalinya karena hari-hari kemarin rasa itu
mudah pergi tanpa jejak kaki, sampai saat ketika ia melihat cinta itu
benar-benar datang tanpa ada isyarat sama sekali, hanya hatinya yang berteriak
cintailah orang itu karena ini saatnya kau menempatkan hatinya disamping
singasanaku.
Setibanya
ditepian harapan, sungguh aneh ia seakan berada dalam sebuah pulau yang kosong
tidak berpenghuni, semuanya mediamkannya dan mengutuknya untuk kesekian
kalinya, ia termenung seakan dunia tak ingin memeluknya dengan mesra, semuanya
sunyi, senyap, gelap gulita bahkan kelam, semua tergambar dari kerutan dahinya
yang mulai menggariskan keterpurukan.
Dahulu
ia tak seperti ini, dahulu indah sebelum ia mengenal cinta ini namun ketika
cinta datang dan bidikannya meleset 180 derajat ia termenung meratapi nasibnya,
apa yang harus disalahkan atau lagi-lagi kelahiran yang perlu dipersalahkan
olehnya.
Ketika
sang surya menyinari bumi, wajahnya sama sekali tak ceria, tak seperti padi
yang terlihat asri di hamparan sawah anugerah illahi, ia masih menutup diri
akan kenyataan yang menghampiri, mungkinkah ia akan tetap seperti ini ditengah
tamparan ombak kehidupan yang sedang menyelimuti dirinya ataukah ia akan
seperti matahari yang dengan gagah berani menyerahkan kekuasaannya pada malam
hari, itu hanya ia yang mengetahui.
Semua
pasti memiliki asal tak terkecuali cinta, cinta katanya berasal dari panca
indra yang kita miliki, baik dari pendengaran, penglihatan atau indra yang lainnya
namun tak bisa dipungkiri hatilah pemeran dari proses cinta, namun ketika yang
dicintai tak menyapa apakah teriakan harus dilontarkan agar ia bisa berada
dipelukan.
Sampailah
ia dipenghujung langkahnya, akan tetapi ia masih tetap menghujat cinta ini
dengan jutaan cercaan, berkatalah ia “ tidak
adil jika cinta diciptakan bila hanya satu pihak yang merasakan, tidak ada
keindahan kalau cinta hanya sekedar rasa yang tidak bisa digenggam dengan erat,
tidak salah bila aku mengatakan cinta itu hanya milik mereka yang mendapat
kelebihan dari Tuhan dan salahkah aku untuk membunuh cinta ini dengan cara yang
tidak wajar yaitu memupuk benih kebencian, sungguh cinta ini membuatku muak
sampai kutu-kutu dikepalaku tertawa melihat kebodohanku ”.
Akankah
Ia terbangun dari lamunan kegelapan ini, entah bagaimana ia akan bangkit, bayangan
dirinya hanya berharap ketika cinta kedua pada saatnya nanti datang ia memohon “tolong jangan kau sia-siakan cinta yang
tulus ini karena cinta ini sungguh murni dari nurani walau ia pernah sekali
tersakiti”.
Belum ada Komentar untuk "Kosong"
Posting Komentar